Victory International Futures
Amerika Serikat diprediksi menjadi pusat baru dari wabah corona (COVID-19). Hal tersebut dikarenakan oleh tingginya kenaikan kasus di negara itu.
“Kami melihat percepatan yang sangat besar dalam kasus-kasus di AS,” kata Juru Bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris saat mengadakan konferensi pers di Jenewa, Swiss, dilansir dari Reuters, Rabu (25/3/2020).
Meski demikian, ia mengaku bahwa AS sudah melakukan sejumlah sinyal positif. Di antaranya tes yang komprehensif, isolasi orang sakit dan pelacakan pada mereka yang terpapar virus.
Virus corona baru ini pertama kali muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada Januari lalu. Total kasus corona di China adalah 81.218, dengan jumlah pasien meninggal sebanyak 3.281 dan pasien sembuh sebanyak 73.650.
Namun, beberapa minggu ini, China mencatat nol kasus lokal. Di saat kasus China menurun, Eropa kini menjadi pusat baru pandemi ini.
Kasus corona terbanyak di Eropa, terjadi di Italia sebanyak 69.176, Spanyol (42.058) dan Jerman (33.952). Angka pasien meninggal di Italia bahkan lebih tinggi dari China yakni 6.820 sedangkan pasien sembuh 8.326.
Dari data Worldometers, AS sendiri saat ini mencatat ada sebanyak 54.941 kasus pasien positif corona, angka pasien meninggal sebanyak 784 dan pasien sehat 379.
AS menjadi negara ketiga dengan kasus terbanyak, setelah China dan Italia. Dari 50 negara bagian, kasus terbanyak ada di New York dengan 25.000 kasus di mana angka pasien meninggal 210 kasus.
Sementara itu, di tengah kasus corona yang meningkat, Presiden AS Donald Trump meminta masyarakat untuk segera mengakhiri “social distancing”. Bahkan, ia mengatakan bahwa hal ini telah menyebabkan banyak kesulitan ekonomi bagi warga AS.
“Negara kita tidak dibangun untuk ditutup,” katanya di Fox News, dikutip dari AFP. “Kamu menghancurkan negaramu jika menutupnya.”
Hal ini membuat pro kontra di AS, karena sebagian kalangan melihat Trump mengesampingkan bahaya dari wabah corona.
AS telah memberikan stimulus sebesar US$ 2 triliun untuk menghadapi wabah corona dan ini merupakan suntikan dana darurat terbesar dalam sejarah negara itu.